Melihat komedi sketsa dengan
pandangan sendiri memang sungguh mengasyikan, karena bukan hanya kepuasan diri
sendiri sahaja yang akan didapat namun tuan-tuan yang membaca artikel pendek ini
mungkin akan setuju atau tidak setuju sekali dengan apa yang akan tuliskan
disini. Dan ketika terjadi pergolakan pemikiran yang ditandai dengan
komentar-komentar – yang miring atau tidak miring – itulah letak kepuasan kedua
yang saya ingin selalu rasakan. Begitulah komunikasi satu sama lain agar bisa
saling terjalin, meskipun berbedap opini atau ideologi pemikiran namun saya
yakin dengan berkomunikasi lewat komentar akan melahirkan suatu dialog yang tak
bosan.
Tuan-tuan tahu betul dan tahu
pasti apa itu komedi? Komedi adalah sesuatu hal yang bisa membuat tuan-tuan
tertawa dan terhibur, iakan? Itulah hakikatnya komedi yang didalamnya memuat
sesuatu yang pasti akan menghibur tuan.
Disini tuan tidak akan menemukan bagaimana saya mengajak anda setuju definisi komedi menurut sang maha guru Aristoteles, namun tuan akan menemukan
sedikit perbedaan definisi dari yang dulu pernah tuan agungkan. Karena saya
tahu betul kalau membicarakan komedi tanpa batasan tertentu akan menimbulkan
suatu kekacauan makna. Oleh karena itu saya ingin membatasinya melalui
penelaahan komedi tertentu pada acara tv komedi terbaru di trans tv yaitu sketsa.
Definisi yang ingin saya kenalkan
pada tuan adalah bagaimana kita menghancurkan definisi komedi yang pernah tuan
tahu dari dulu. Bahwa Komedi adalah peniruan manusia yang lebih buruk dari
rata-rata. Buruk (ugly, ridiculous) yaitu kesalahan atau kekurangan yang tidak
menimbulkan penderitaan, kesusahan atau melukai hati orang lain, seperti
topeng. Topeng adalah sesuatu yang buruk tanpa menimbulkan penderitaan (pain).
(Blogspot)
Namun perbedaan yang ingin saya
kenalkan pada tuan adalah perbedaan yang bisa benar2 membuat tuan untuk
berpikir secara dekonstruktif dan kritis. Saya mengajak tuan untuk sedikit mengamini
apa yang saya pikirkan tentang dunia komedi sekarang ini.
Sketsa Komedi dan Ketidak Kentaraan Sang Penonton
Adalah sketsa komedi yang ada di
Trans TV yang telah menyita perhatian dan pemikiran saya sekarang ini. Bukannya
saya merasa terhibur dengan apa yang mereka tampilkan dalam kotak ajaib yang
bisa membuat anda terbius namun yang saya dapatkan kebanyakan mengerutkan bulu
mata dan tak habisnya untuk terus bergumam ‘Gak lucu2 amat tapi bisa tertawa
yah’ Yah namanya juga komedi pastilah saya dan tuan-tuan pun akan selalu
tertawa karena komedi adalah suatu yang bisa menghibur kita.
Dimanapun manusia itu berdiri,
duduk atau berbaring ketika mengerutkan alis mata maka yang terjadi selanjutnya
adalah bertanya dan membuat pertanyaan yang sangat sederhana tentang sketsa
komedi ini. Pertanyaan pertama yang ingin saya lontarkan kepada tuan-tuan
adalah;
1.
Adakah suatu efek peralihan cara pandang saya
atau tuan2 kepada panggung dari panggung yang ditonton secara langsung dengan
panggung melalui media (khusus dalam sketsa)?
Pertanyaan pertama ini rentan
terhadap sejarah dan perkembangan dunia pada abad sekarang. Panggung yang saya
maksudkan disini adalah bagaimana para lakon atau artis itu berada ketika
mereka menjadi seorang penghibur dari zaman romawi sampai zaman globalisasi. Bisa
anda bayangkan bagaimana perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama itu?
Jawaban saya adalah banyak
terjadi suatu peralihan yang bias dari cara bagaimana para lakon itu menghibur
dan menjadi komedian. Tuan apakah setuju bila saya ajukan pertanyaan simple,
adakah peran penting media dalam komedi sketsa? Pernahkah tuan mengerti
bagaimana media berperan penting dalam komedi sketsa ini?
Jawaban Atas Satu Pertanyaan Mendasar
Maaf tuan sebelumnya bila saya
ingin menganjurkan, saya ingin tuan setuju dengan saya. Karena kalau tuan tidak
setuju bagaimana tuan membaca dan mengerti apa yang ingin saya sampaikan pada
tuan. Tujuan itu sangat penting untuk disamakan tuan, kalau tidak bagaimana
mungkin kita akan sampai tempat tujuan.
Tuan, maaf itu hanya bercanda!! Begini
tuan, acara komedi sketsa ini memang benar membuat kita tertawa karena itu
adalah komedi yang menghibur. Namun dalam proses dari bagaimana mereka ingin
membuat anda tersenyum tengah dicampuri oleh media.
Lalu dimana letaknya? Tuan tonton
saja sendiri bagaimana kebanyakan acara komedi sketsa syarat diperlihatkan
bagaimana sorotan-sorotan kamera dari yang satu kepada yang lain. Ketika mereka
sedang berdialog mengenai sesuatu yang sudah dibuat sedemikian rupa, namun pada
akhirnya hal yang akan membuat anda tertawa bukanlah dari cara mereka berdialog
sahaja. Adalah bagaimana aktor lainnya – yang sudah didandani selucu-lucunya
oleh para tukang permak wajah – tengah menunggu disorot kamera oleh cameramen –
bener ga saya nulis cameramen- ?
Dengan sedikit hentakan suara
yang ditinggikan dan wajah yang sedikit terkejut melihat aktor yang tengah
ditunjuknya, maka proses peralihanpun tengah terjadi. Panggung yang dizaman
romawi, yunani menghadirkan komedi secara langsung tanpa ada campur media
tengah berganti kepada peran media yang banyak pemikir berpendapat bahwa media
ini sekarang telah menjadi tambahan tubuh manusia.
Begitulah tuan, bagaimana tuan? Apakah
anda setuju atau tidak?
Social Footer